Sebuah studi terbaru dari Departemen Teknik Elektro dan Informatika mengungkapkan bahwa penyebaran misinformasi kesehatan di media sosial sangat dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing platform. Penelitian dilakukan oleh Divi Galih Prasetyo Putri, Ph.D sebagai ketua peneliti. Studi ini menemukan bahwa satu topik hoaks dapat muncul dengan gaya, panjang teks, dan konteks yang sangat berbeda antara TikTok, Facebook, dan Twitter (X).
Salah satu contoh yang dianalisis adalah hoaks populer “Pisang Dempet Sebabkan Anak Lahir dengan Kondisi Kembar Siam.” Di TikTok, informasi palsu ini muncul dalam bentuk caption pendek yang didominasi oleh emoji dan tagar, seperti “Believe it or not🙂 #fyp #horrorstory #mitos_fakta #pisang #kembar”, yang menekankan unsur emosi dan keviralan. Sementara itu, di Facebook, hoaks yang sama ditulis dalam bentuk cerita panjang yang bernuansa pribadi, memadukan mitos dan narasi keseharian. Adapun di Twitter (X), pernyataan tersebut muncul secara singkat dan informal: “kata abang lekker. kl hamil ga boleh mkan pisang yg dempet. tar anakny jd kembar siam.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model AI lebih mudah mengenali misinformasi di Facebook karena struktur teksnya lebih panjang dan informatif, sementara TikTok menjadi tantangan terbesar karena keterbatasan konteks dalam teks singkat. Model IndoBERT tetap memberikan hasil terbaik dibandingkan model lain, tetapi perbedaan gaya komunikasi antarplatform memengaruhi tingkat akurasi secara signifikan.
Temuan ini menegaskan bahwa penyebaran hoaks bukan hanya masalah linguistik atau teknis, melainkan juga fenomena sosial dan budaya. Oleh karena itu, upaya melawan misinformasi tidak dapat bergantung pada teknologi saja, tetapi juga harus diiringi dengan peningkatan literasi digital masyarakat.
Penelitian ini sejalan dengan visi UGM dalam memajukan riset dan inovasi di bidang kecerdasan buatan untuk kepentingan publik, sekaligus memperkuat peran universitas dalam menciptakan ekosistem informasi yang sehat di era digital. Penelitian ini juga sejalan dengan upaya untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Good Health and Well-Being (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan), serta SDG 9: Industry, Innovation, and Infrastructure (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur).