Yogyakarta 1 Oktober 2025 – Departemen Teknik Elektro dan Informatika (DTEDI) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan kuliah umum Kapita Selekta dengan menghadirkan praktisi industri, Muhammad Willy A., S.T., M.T., yang membawakan materi berjudul “Peran Instrumentasi dan Kontrol dalam Optimasi Proses Produksi NPK”. Kegiatan ini menghadirkan mahasiswa sebagai peserta utama dengan tujuan memberikan wawasan nyata mengenai bagaimana teknologi instrumentasi dan sistem kontrol bekerja di sektor agroindustri, khususnya dalam proses produksi pupuk NPK.
Dalam paparannya, Willy menjelaskan bahwa pupuk NPK merupakan salah satu pupuk majemuk yang memiliki kandungan hara makro lengkap Nitrogen (15%), Fosfat (15%), dan Kalium (15%) yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Keberadaan pupuk ini terbukti mampu meningkatkan kualitas hasil pertanian, memperkuat akar, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama. Produk pupuk NPK juga tersedia dalam kemasan 25 kg dan 50 kg, serta memiliki sifat higroskopis yang memudahkannya larut dalam air.
Lebih jauh, ia menguraikan secara rinci alur proses produksi pupuk NPK yang dilakukan di industri, yang terbagi ke dalam dua pendekatan, yakni proses kimia dan steam granulation process. Pada proses kimia, bahan baku seperti asam sulfat, amoniak, urea, dan KCl melalui tahapan reaktor, granulasi, pengeringan, pendinginan, penyaringan, hingga coating untuk menghasilkan produk akhir. Sementara itu, pada metode steam granulation, bahan baku seperti urea, DAP, KCl, dan clay diproses melalui tahapan granulasi, pengeringan, pendinginan, screening, hingga coating untuk menghasilkan kualitas pupuk yang seragam.
Willy menekankan bahwa pada setiap tahapan produksi, instrumentasi dan sistem kontrol memegang peran sentral. Instrumen berfungsi mengukur variabel proses utama, mulai dari suhu, tekanan, hingga aliran bahan, yang selanjutnya diproses dalam sistem kontrol agar stabilitas produksi terjaga. Melalui otomasi ini, pabrik dapat memastikan konsistensi mutu produk, efisiensi energi, serta keselamatan kerja.
Ia juga menyinggung mengenai data MEI Equipment Asset Register yang menunjukkan bahwa jumlah instrumen yang digunakan dalam sistem produksi pupuk NPK jauh lebih besar dibandingkan dengan peralatan listrik maupun mekanikal. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa pengendalian berbasis instrumentasi merupakan fondasi utama dalam operasional pabrik pupuk modern. Sebagai contoh, dalam proses bagging atau pengemasan, instrumen digunakan untuk mengatur laju conveyor, timbangan, dan pengisian karung agar sesuai standar kapasitas yang ditentukan.
“Otomatisasi berbasis instrumentasi bukan hanya memastikan mutu produk sesuai standar, tetapi juga mendukung efisiensi energi, keselamatan kerja, serta keberlangsungan operasional pabrik. Tanpa instrumen yang andal, sebuah pabrik pupuk tidak akan mampu beroperasi dengan stabil,” jelas Willy.
Selain menyampaikan aspek teknis, Willy juga mendorong mahasiswa untuk memahami bahwa peluang karir di bidang instrumentasi dan kontrol sangat luas, tidak hanya di sektor minyak dan gas, tetapi juga di sektor agroindustri, kimia, dan manufaktur lainnya. Menurutnya, perkembangan teknologi otomasi yang semakin maju membuka kesempatan bagi lulusan teknik untuk berperan langsung dalam mendukung ketahanan pangan dan kemandirian industri Indonesia.
Kuliah umum ini pun disambut dengan antusias oleh peserta. Mahasiswa memperoleh wawasan berharga mengenai pentingnya peran teknologi dalam mendukung produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional. Melalui materi ini, mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan akademik, tetapi juga pemahaman praktis tentang bagaimana disiplin instrumentasi dan kontrol diterapkan di dunia industri.
