Departemen Teknik Elektro dan Informatika (DTEDI) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada menghadirkan Rizki Firmansyah Setya Budi, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN, dalam kuliah umum bertajuk “Perkembangan Teknologi Nuklir di Indonesia dan Potensinya untuk Mendukung Transisi Energi”, Rabu (17/9).
Dalam paparannya, Rizki menjelaskan bahwa kebutuhan energi listrik nasional terus meningkat sehingga menuntut diversifikasi sumber energi. Pada tahun 2050, kapasitas pembangkit listrik Indonesia diproyeksikan mencapai 430 GW dengan porsi energi baru dan terbarukan sebesar 31 persen. Menurutnya, energi nuklir memiliki potensi besar untuk mendukung target tersebut, terutama dalam aspek kuantitas, kualitas, keandalan, serta keekonomian pasokan energi.
Rizki memaparkan pengalaman Indonesia dalam teknologi nuklir, termasuk pengoperasian tiga reaktor riset: TRIGA 2000 di Bandung, Reaktor Kartini di Yogyakarta, dan Reaktor G.A. Siwabessy di Serpong. “Keberadaan reaktor-reaktor ini menjadi fondasi penting bagi pengembangan sumber daya manusia dan teknologi nuklir di Indonesia,” ujarnya.
Terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Rizki menegaskan bahwa ada 18 prasyarat infrastruktur yang harus dipenuhi sebelum proyek dapat dimulai, meliputi aspek keselamatan, kerangka regulasi, kesiapan SDM, hingga pengelolaan limbah radioaktif. Berdasarkan evaluasi, hampir seluruh aspek telah siap menuju fase persiapan pembangunan, kecuali posisi resmi pemerintah terhadap energi nuklir dan regulasi nasional yang masih dalam proses.
Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah telah mengidentifikasi dua lokasi prioritas untuk pembangunan PLTN pertama, yaitu Bangka Belitung dengan target operasional tahun 2032, serta Kalimantan Barat dengan target tahun 2033. Kedua proyek tersebut direncanakan memiliki kapasitas sekitar 250 MW.
Melalui kuliah umum ini, peserta mendapatkan gambaran komprehensif mengenai perkembangan riset, kesiapan infrastruktur, serta tantangan pembangunan PLTN di Indonesia. Rizki menekankan bahwa keterlibatan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, industri, hingga akademisi, sangat penting untuk memastikan pemanfaatan teknologi nuklir yang aman, andal, dan berkelanjutan.