Pada pemberitaan sebelumnya, diinformasilkan bahwa simulasi komputer menggunakan pemrograman Python3 berhasil dibuat untuk mengkaji reaksi pengurangan emisi gas buang kendaraan menjadi gas yang tidak berbahaya, dalam hal ini gas NO menjadi gas N₂. Dalam studi tersebut, unsur utama yang digunakan sebagai bahan katalis dari reaksi tersebut adalah tembaga. Tembaga dipertimbangkan karena lebih murah dan lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan bahan ‘premium’ seperti platinum, palladium, rhodium yang biasanya digunakan dalam konverter katalitik. Logam-logam tersebut memang efektif, tetapi sangat mahal dan langka. Sementara itu, tembaga jauh lebih terjangkau dan tersedia secara luas.
Penelitian ini mendukung kesehatan global yang sejalan dengan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, yang bertujuan untuk mengurangi penyakit dan kematian akibat bahan kimia berbahaya dan polusi. Polusi udara merupakan risiko kesehatan besar, terutama di kota-kota. Salah satu tantangan terbesar dalam mengurangi emisi NO adalah mengatasi emisi selama mesin mobil baru dinyalakan, atau dikenal sebagai fase cold start. Pada fase ini, konverter katalitik tradisional tidak berfungsi optimal. Penelitian ini menemukan bahwa tembaga mampu mengurangi emisi NO bahkan pada suhu rendah, sehingga bisa menjadi solusi potensial untuk masalah ini. Dengan memasukkan tembaga ke dalam konverter katalitik, kendaraan bermotor bisa lebih ramah lingkungan bahkan sejak pertama kali dinyalakan. Meskipun tembaga menunjukkan potensi besar, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kinerjanya pada suhu yang lebih tinggi. Menggabungkannya dengan bahan lain atau memodifikasi sifatnya bisa membuatnya lebih efektif dalam berbagai kondisi suhu mesin. Uji coba dalam kondisi nyata juga penting untuk memastikan temuan ini berlaku pada penggunaan sehari-hari. Lalu apa artinya bagi anda? Penelitian ini bisa membantu menurunkan biaya kendaraan ramah lingkungan, sehingga lebih mudah dijangkau, selain itu juga hasil ini merekomendasikan tembaga sebagai bahan tambahan katalitik konverter untuk udara yang lebih bersih dan risiko kesehatan yang lebih rendah. Dengan perkembangan inovasi ini, ongkos produksi bisa menjadi lebih terjangkau dan lebih ramah lingkungan, serta mendukung upaya global untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Penelitian tersebut mencakup beberapa poin dari Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan global dengan mengurangi risiko penyakit dan kematian akibat polusi dan bahan kimia berbahaya. Penelitian ini berfokus pada pengurangan emisi gas buang kendaraan, khususnya mengubah gas NO menjadi gas yang tidak berbahaya, yang dapat membantu mengatasi masalah polusi udara yang merupakan risiko kesehatan besar di perkotaan. Selain itu, penelitian ini juga berkontribusi terhadap SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dengan mengusulkan penggunaan tembaga yang lebih murah dan mudah diakses sebagai alternatif bahan katalis konvensional yang lebih mahal, sehingga dapat menurunkan biaya kendaraan ramah lingkungan dan meningkatkan aksesibilitas teknologi bersih. Inovasi ini berpotensi meningkatkan kualitas udara dan mendukung upaya global untuk kesehatan masyarakat yang lebih baik.